Nyamiatun, seorang aktivis muda, lahir di
Desa Sidomulyo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, 08 Maret 1993. Anak bungsu dari dua
bersaudara,
pasangan Sabit (alm.) dan Darmi, mulai menempuh pendidikannya di TK Pertiwi
selama satu tahun (lulus
1999). Di tingkat pendidikan Taman Kanak-Kanak, dia mengawali kariernya di dunia
pendidikan. Dia
mengikuti lomba mewarnai gambar di tingkat kecamatan dan dapat
meraih harapan I. Sejak kecil dia telah memiliki impian untuk dapat
membahagiakan kedua orang tuanya, dan inilah awal dia memulai mengasah
kemampuannya.
Setelah
menamatkan pendidikan di TK,
dia melanjutkan pendidikannya di SDN Sidomulyo 02. Selama proses belajar di SD, dia
selalu mendapatkan peringkat pertama di kelas. Berbagai lomba pernah dia ikuti,
mulai dari lomba geguritan, dia dapat meraih harapan pertama, lomba baca puisi
harapan ketiga, dan berlanjut lomba Bahasa Indonesia, juara pertama tingkat
kecamatan, tingkat kabupaten, dan sampai di tingkat Provinsi. Keberhasilan yang
dia raih, memberikan kebanggan kepada orang tuanya, tapi apa yang dia dapat
tidak bisa dia perlihatkan pada ayahnya secara langsung, karena ketika dia
kelas lima SD, ayahnya dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Satu pesan dari ayahnya
yang akan selalu dia ingat dan akan menjadi penyemangatnya adalah jangan pernah
tinggalkan salat dan selalu belajar. Untuk meneruskan pendidikannya, dia menggunakan
uang hadiah lomba untuk membantu meringankan beban ibunya. Meskipun dalam
keadaan yang serba sulit, dia berusaha untuk selalu dapat membaggakan ibunya.
Selain aktivititasnya di SD, setiap sore dia juga mengaji di TPQ Mambaul Hikmah
di kampung halamannya, mendapatkan ijazah saat dia kelas enam SD, semester I
dan menjadi lulusan yang pertama di TPQ.
Lulus SD tahun 2005, dia melanjutkan
pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Sidomulyo. Pertama kali dia
mendftar sekolah di SMPN favorit lewat jalur bakat dan dia diterima, karena
biaya yang mahal maka dia memilih untuk sekolah di MTs. Pernah juga ada seorang
dokter yang hendak mengadopsinya dan membiayai semua kebutuhan dengan syarat
tiggal di rumahnya dan sekolah di umum. Tapi, tidak diizinkan oleh guru
ngajinya, karena pendidikan yang akan dia tempuh adalah pendidikan umum dan
guru ngajinya bersedia membiayai pendidikanya, tapi tetap sekolah di MTs.
Selama belajar di MTs. aktif di organisasi OSIS dan berhasil mendapatkan juara
pertama Ujian Nasional. Dia
bersekolah dari biaya orang lain.
Berlanjut ke tingkat pendidikan
menengah atas, setelah lulus MTs. (tahun 2008), dia masuk di Madrasah Aliyah
Nurul Qur’an, Pucakwangi-Pati. Di sini dia juga aktif di organisasi OSIS,
menjadi sekretaris OSIS selama dua tahun berturut-turut. Selain itu, dia juga
aktif di bidang kepramukaan. Bersama dengan teman-temannya, menjadi pelopor
terbentuknya “ANQERA” (Anak MA Nurul Qur’an Pecinta Pramuka), yang berhasil
mengaktifkan kegiatan pramuka di MANQ, dan sekarang di lanjutkan oleh adik
kelas. Dia juga berhasil mendapatkan peringkat pertama hasil Ujian Nasional. Selama belajar di MA (lulus 2011),
dia tinggal di Pondok Pesantren dan mendapat amanah menjadi wakil ketua PONPES
Putri.
Sekarang dia sedang
melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi IAIN (Institut Agama Islam Negeri)
Walisongo Semarang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Tadris Fisika. Tinggal di Monash Institute, Jl. Prof.Dr.Hamka, Gang Ringinsari
II, No. 12, Ngaliyan Semarang, rumah perkaderan, di sini semua anggota
dipersiapkan untuk menjadi calon pemimpin bangsa. Mengikuti LK I (Latihan
Kepemimpinan I) di awal semester I serta LK 2 di awal semester 3. Menjadi aktivis HMI (Himpunan Mahasiswa
Islam) cabang Semarang dan juga mendapatkan beasiswa YBI (Yayasan Bina Insani)
untuk biaya pendidikan S1. Moto
hidup, “Pemuda hari ini
adalah tokoh-tokoh masa depan”
0 komentar:
Posting Komentar